Rabu, 03 November 2010

0 komentar

Rhizopoda Non Patogen

Entamoeba coli

Entamoeba coli merupakan parasit usus besar, frekuensi 10 – 30% di dunia. Lingkaran hidup sama E.histolytica, hanya saja untuk Entamoeba coli tidak terdapat ekstra Intestinal.

Morfologi berbentuk tropozoit dan kista. Bentuk tropozoit berukuran 20 – 40 µm, Ektoplasma dan endoplasma tidak memiliki batas yang jelas, pseudopodia agak membulat, gerakannya lambat dan tidak bertujuan. dalam Endoplasma ; didapatkan adanya bakteri-bakteri, khromatin body, sel-sel tumbuh-tumbuhan, eritrosit tidak ada. Nukleus (inti) ; letak kariosome eksentrik, perifer khromatin kasar (membran inti kasar), dan terdapat halo. Bentuk kista berukuran 10 – 33 µm, berbentuk bulat, dinding jelas refraktil dan berlapis dua. Inti antara 1 – 8 dengan kariosom eksentrik. Inklusi hanya merupakan batang kromodial yang ramping rudimenter. Bentuk kista pada stadium dewasa (matur) terdapat 8 inti. Diagnosa laboratorium ; sama seperti Entamoeba histolytica.

Entamoeba gingivalis

Entamoeba gingivalis hanya mempunyai bentuk stadium tropozoit saja. Bentuk tropozoit berukuran 5 – 35 µm dan rata-rata 15 µm, Ektoplasma kelihatan jelas dan jernih, dalam Endoplsma terdapat : leukosit, kadang-kadang eritrosit banyak. Nukleus (inti) didapatkan adanya halo yang mengelilingi inti. Pseudopodia biasanya tumpul dan jernih, sering dibentuk dengan mendadak. Keaktifan sedang, kadang-kadang progresif.

Siklus hidupnya mempunyai habitat pada rongga mulut, dan sering ditemukan pada gigi berlubang dan kantong gingiva. Sifat yang paling khas yaitu adanya banyak vakuole makanan di dalam sitoplsma dan juga benda-benda yang mudah dipulas, berupa sisa-sisa inti dari sel yang telah rusak. Amoeba ini di temukan dalam jumlah 10% pada orang-orang dengan mulut yang sehat, sampai 95% pada orang-orang dengan gigi yang rusak dan gusi yang sakit.

Endolimax nana

Endolimax nana merupakan parasit komensal usus didunia berkisar 10 – 20%, kecil, gerak lambat, inti khas dan kista berinti empat dan bentuknya tidak teratur. Endolimax nana mempunyai ukuran 6–12 µm dan rata-rata 8 µm, Endoplasma bergranula, nukleus tidak dapat dibedakan, yang menentukan diagnosa adalah bentuknya yang kecil dan pseudopodianya kecil seperti knop. Endolimax nana mempunyai bentuk tropozoit dan kista.

Bentuk tropozoit berukuran 6 – 12 µm (rata-rata 8 µm), pergerakan lamban, Ektoplasma sedikit / tidak jelas kelihatan, pseudopodia tumpul, sebagian besar granula. Endoplasma mempunyai sitoplasma granuler dengan partikel makanan, bakteri, kristal, sel tumbuh-tumbuhan sering dalam vacuole, dan tidak makan sel darah merah. Inti umumnya tidak tampak / tidak begitu jelas.

Bentuk kista mempunyai ukuran 5 – 14 µm, berbentuk oval, dengan dinding kista tipis, glikogen dan batang kromidial tidak ada. Nukleus berbentuk lonjong, disebut inti endolimax, jumlah 4 buah (pada salah satu kutub), kariosom berbentuk tidak teratur, dan antara kariosom dengan nukleus membrana terdapat benang-benang. Diagnosa laboratorium ; sama seperti pemeriksaan Entamoeba histolytica.


Iodamoeba butschlii

Iodamoeba butschlii frekuensi kasusnya sebanyak ± 8% pada manusia, berinti khas, kista tidak teratur dan benda glikogen yang besar dalam kista berinti 1. Iodomoeba butschlii mempunyai pseudopodia tumpul dan dikeluarkan sekonyong-konyong, mempunyai 3 bentuk stadium, yakni : bentuk tropozoit, prekista, dan kista.

Bentuk tropozoit berukuran 6 – 20 µm (rata-rata 10 µm), ektoplasma sedikit/hampir tidak terlihat, pergerakan agak aktif dengan pseudopodia tumpul dan jernih, endoplsma mempunyai sitoplasma granuler dengan partikel makanan, bakteri, kristal, sel tumbuh-tumbuhan, sering dalam vakuole. Dan tidak makan sel darah merah. Inti berbentuk khas dan bulat, kariosom berbentuk bulat dan letaknya di tengah-tengah, hampir memenuhi inti, antara kariosom dan inti terdapat benang-benang dan terdapat halo.

Bentuk kista berukuran 5 – 18 µm, dengan bentuk ireguler. Glikogen vakuole berbatas tegas dan jelas, serta batang kromidial tidak ada. Jumlah inti hanya 1, kecuali kista yang akan pecah terdapat 2 inti. Diagnosa laboratorium ; sama seperti pemeriksaan E.histolytica


Dientamoeba fragilis

adalah amuba usus kecil yang hanya ditemukan dalam bentuk tropozoit, terdapat dua inti. Hanya dapat dikenal pada tinja segar yang cair atau lembek. Bentuknya bulat pada saat tidak bergerak, bergerak cepat dengan pseudopodium yang multipel dan berbentuk seperti daun, kadang ada yang mengandung rbc. Pada beberapa orang sebagai penyebab diare sedang yang terus menerus, tetapi tidak berdampak buruk. Dientamoeba fragilis mempunyai ukuran 6–18 µm dan rata-rata 12 µm. Ektoplasma jernih, nukleus kelihatan tidak begitu jelas. sukar dibedakan dengan Entamoeba histolytica, kecuali dengan pewarnaan Iron Hematoksilin.

Dientamoeba fragilismempunyai sifat-sifat sebagai berikut : 1) Hidup di dalam usus, sampai sekarang belum diketahui mengenai patogenitasnya. 2) Bentuk tropozoit mempunyai 1 atau 2 inti. 3) Tidak mempunyai bentuk kista atau tidak membentuk kista. 4) Bentuk stadium tropozoit merupakan bentuk stadium menular yang infektif. Satu-satunya tuan rumah adalah manusia. 5) Bentuk tropozoit berukuran 9 – 12 µm dan rata-rata 5-15 µm.

Endoplasma kelihatan lebih jelas, dan pseudopodia seperti daun dan jernih.Endoplasma mempunyai sitoplasma granuler dengan partikel makanan, bakteri. Terdapat kristal, sel tumbuh-tumbuhan, sering dalam vacuole, dan tidak makan sel darah merah. Tropozoit dewasa berinti 2, kumpulan bercak-bercak. Diagnosa laboratorium. ; sama seperti pemeriksaan Entamoeba histolytica.

Read More..
0 komentar
Siklus Hidup dan Patogenesis Entamoeba histolitica
Siklus Hidup

Kista matang dikeluarkan bersama tinja penderita (1). Infeksi Entamoeba histolytica oleh kista matang berinti empat (2) tinja terkontaminasi pada makanan, air, atau oleh tangan. Terjadi ekskistasi (3) terjadi dalam usus dan berbentuk tropozoit (4) selanjutnya, bermigrasi ke usus besar. Tropozoit memperbanyak diri dengan cara membelah diri (binary fission) dan menjadi kista (5), menumpang dalam tinja (1). Karena untuk mempertahankan dirinya, kista akan dapat bertahan beberapa hari sampai dengan berminggu-minggu pada keadaan luar dan penyebab penularan. (bentuk tropozoit selalu ada pada tinja diare, namun dengan cepat dapat dihancurkan oleh tubuh, dan jika tertelan bentuk ini tidak dapat bertahan saat melewati lambung) dalam banyak kasus, tropozoit akan kembali berkembang menuju lumen usus (A: noninvasive infection) pada carier yang asimtomatik, kista ada dalam tinjanya. Pasien yang diinfeksi oleh tropozoit di dalam mukosa ususnya (B: intestinal disease), atau, menuju aliran darah, secara ekstra intestinal menuju hati, otak, dan paru (C: extraintestinal disease), dengan berbagai kelainan patologik.

Patogenesis
Patogenesis yang disebabkan oleh Entamoeba histolitica dapat terjadi dalam 2 fase, yaitu ;
• Fase Primer : pada fase ini penderita mengalami Amebiasis Intestinal, dan organ yang diserangnya adalah bagian caecum yang terutama, serta bagian-bagian yang lain, hal ini sangat tergantung pada : a.resistensi hostnya sendiri, b) virulensi dari strain amoeba, c) kondisi dari lumen usus/dinding usus, seperti infek atau tidaknya dinding usus, d) kondisi makanan, apabila makanan banyak mengandung karbohidrat, maka amoeba tersebut menjadi patogen, dan e) keadaan normal flora usus. Adanya assosiasi amoeba dengan bakteri-bakteri tertentu, akan menentukan sifat amoeba menjadi aktif, yaitu mengadakan lesi pada usus dan pada umumnya sampai mencapai mukosa. Gambaran lesi pada usus (mukosa), tampak adanya nekrosis tanpa reaksi keradangan, kecuali bila ada sekunder infeksi. Pada keadaan lanjut proses ini dapat sampai ke submukosa dan dari sini amoeba akan ke sirkulasi darah, selanjutnya akan timbul lesi-lesi ekstra intestinal. Bentuk lesi berupa settle neck ulcus. Sekunder infeksi biasanya oleh kuman-kuman : Clostridium perfringens, Shigella dan umumnya prognosa menjadi jelek, sebab terjadinya gangren usus, serta sering menyebabkan kematian penderita. Pada ulkus yang dalam (sampai mencapai subjek-mukosa), sering terjadi perdarahan-perdarahan ini dapat dilihat pada feses penderita, kadang-kadang dapat dilihat adanya sel-sel mukosa. Disamping itu ulkus yang dalam ini juga dapat menyebabkan terjadinya perforasi, hingga prognosa akan menjadi jelek.
• Fase Sekunder : terjadi pada amebiasis ekstra intestinal. Proses ekstra intestinal ini dapat terjadi akibat penyebaran parasit secara hematogen, dan organ yang sering terkena adalah: hepar (hati) yang dapat menimbulkan amoebik hepatis dan selanjutnya akan menimbulkan abses hepatikum. Abses hepatikum ini dapat single atau multiple dan 85 % pada lobus di ekstra. Selanjutnya dapat terjadi pula amoeba ekspansi karena pecahnya abses hati atau secara hematogen, yaitu pada : pleura, paru-paru, kulit, dan adanya ulcerasi pada sigmoid dan rektum akan dapat menyebabkan komplikasi atau akan berekspansi ke vagina bagi penderita wanita. Proses amoebiasis ekstra intestinal dapat terjadi dengan cara sebagai berikut : (1)amebiasis hati : terjadi karena abses hati terutama pada posteosuperior lobus kanan, dengan gejala klinis : nyeri daerah hipokondrium kanan, demam disertai ikterus, hepatomegali (diare dan disentri negative), jika tidak diobati/tidak sempurna maka abses berkembang berbagai arah yang akan menyebabkan abses organ sekitar. komplikasi pecahnya abses hati kanan mengakibatkan kelainan kulit, paru, rongga pleura kanan, diafragma dan rongga peritoneum. (2) amebiasis kulit terjadi karena abses hati kanan pecah sehingga mengakibatkan granuloma kutis. (3) amebiasis paru terjadi karena abses hati kanan pecah, kemudian masuk ke daerah organ paru, sputum berwarna coklat merah tua dan dapat ditemukan tropozoit pada bahan sputum. (4) amebiasis pleura kanan terjadi karena abses hati kanan pecah, dan menyerang empiema torax. (5) Diafragma terkena jika abses hati kanan pecah, kemudian terjadi abses subfrenik (6) Rongga peritoneum dapat terkena jika abses hati kanan pecah dan menyerang bagian rongga peritonium dan menyebabkan peritonitis umum. (7) erebral amoebiasis, terjadi karena komplikasi dari abses hati atau dari paru (kasus jarang). (8) Abses limpa, terjadi karena komplikasi amubiasis hati atau langsung penularan dari tropozoit kolon. Jika komplikasi terjadi karena pecahnya abses hati kiri, maka akan terjadi kelainan pada daerah lambung, rongga perikardium, kulit & rongga pleura kiri, hal ini dapat mengakibatkan gejala klinis sebagai berikut : 1) pada lambung dapat terjadi hematemesis. 2) pada rongga perikardium; dapat perikarditis purulen yang dapat menyebabkan kematian. 3) amoebiasis organ lain : Pulmonary amoebiasis
Read More..
Diberdayakan oleh Blogger.